SEMAKIN
banyak memberi, Tuhan akan memberikan banyak rezeki. Hal itu menjadi
prinsip Saraswati. “Semakin banyak pekerjaan untuk masyarakat, maka
imbalan (dari Tuhan) yang diterima bakal semakin besar,” ujarnya. Selain
itu, Saraswati yakin masyarakat cerdas dimulai dari kesehatan.
Pemikiran itu yang mendasari pendirian Rumah Sehat di Jl Muria No 6,
Kota Malang, yang berkembang ke Jl Surakarta No 5, Kota Malang.
Salah satu keunikan dari Rumah Sehat itu
ialah penggunaan kopi balur. Kopi dipilih karena mengandung antioksidan
yang mampu menangkal radikal bebas. Kopi itu dicampur telur mentah
kemudian dibalurkan ke bagian tubuh yang luka atau sakit. “Usapkan kopi
balur berlawanan dengan arah jarum jam, maka akan memiliki efek yang
positif guna menghilangkan rasa sakit,” ujarnya.
Selain itu, terapi balur juga dilakukan
dengan cara tidur di atas lempeng tembaga. Pasien kemudian dioleskan
cairan kopi, garam, dan asap (devine smoke). Melalui konsep balur itu,
sel yang terserang radikal bebas akan diaktifkan dan dikembalikan
kesehatannya. “Sehingga ada proses regenerasi sel melalui proses
peremajaan agar sel bisa sehat,” ujarnya.
Media pendukung balur menggunakan air,
bawang, putih telur, dan asam amino. Semua bahan itu bisa dijumpai di
dapur rumah, tapi memiliki fungsi obat yang dahsyat. Kopi balur, kata
Saraswati, sudah diproses secara kimia dan biologi. Penelitiannya
melibatkan 10 ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu di Universitas
Brawijaya, Kota Malang, yang menggunakan konsep penelitian dr Gretha
Zahar.
Di Rumah Sehat, Saraswati tidak semata
menghasilkan kopi balur, tapi juga filter dan rokok. Berbeda dengan
lintingan tembakau lainnya, Rumah Sehat menggabungkannya dengan terapi
balur, sehingga tersedia 30 jenis rokok yang berfungsi sebagai obat dan
pemecah radikal bebas.
Medis Meski metode balur berkembang
pesat, lembaga peluruhan radikal bebas tetap mematuhi standar penanganan
medis, bahwa setiap pasien wajib menyerahkan tes darah lengkap dari
laboratorium sesuai penanganan penyakitnya. Hingga sekarang, terbukti
banyak penderita kanker dan tumor sembuh setelah menjalani terapi itu.
Bagi penderita tumor, balur mengubah
tumor padat menjadi cair, selanjutnya racun dikeluarkan dari tubuh.
“Balur dilakukan sekitar 2,5 jam,” ujarnya. Selama menangani pasien,
Saraswati mensyukuri semua pemberian Tuhan, berserah diri, dan kasih
sayang. “Kematangan seseorang itu berbuat lebih baik,” tukasnya.
Pengalaman Ala Silenko Kempuhan filter
dan rokok ini diakui salah satu pasien Saraswati, Ala Silenko
Sulistyono. Pada Agustus 2008 silam, Ala divonis menderita kanker hati
stadium tiga. Dokter memperkirakan hidupnya tinggal enam hingga delapan
bulan lagi. Tetapi dengan pengobatan divine cigarette, kini Ala mampu
bertahan dan mendapatkan kesehatan yang lebih berkualitas.
Divine
cigarette adalah penggunaan nano biologi untuk menjinakkan asap kretek
dan dimanfaatkan untuk kesehatan manusia lewat partikel yang dilukiskan
mampu menjadi penyedia elektron pada sistem transfer listrik dalam
proses fisiologi normal. Keraguan akan asap rokok berdaya menyembuhkan,
bisa terjawab.
“Sebelum sakit, kalau ada yang bilang ada
cara mengobati kanker dengan tembakau, apalagi kretek, saya pasti
bilang, gila, yang benar saja. Tetapi sekarang kalau ada yang tanya
tentang pengobatan dengan teknik nano biologi, saya sudah membuktikan
itu,” tuturnya.
Ala memang memilih menjalani terapi balur
yang memanfaatkan pengobatan divine cigarette. Dia dianjurkan mengganti
amalgam yang menempel di gigi dengan komposit sebelum menjalani
serangkaian terapi balur di Jakarta dan dilanjutkan di Rumah Sehat milik
Saraswati.
Terapi balur memanfaatkan divine
cigarette yang diperkaya berbagai asam amino lewat pendekatan nano
biologi. Pendekatan nano biologi memungkinan asap divine cigarette
mengikat mercuri yang diduga menjadi biang penyebab kanker hati.
Mengutip Saraswati, Ala mengemukakan
bahwa kanker hati stadium akut bisa sembuh berkat terapi balur, yaitu
proses detoksifikasi pembaluran kulit dengan menggunakan berbagai bahan
peluruh radikal bebas yang dikombinasikan dengan asap divine cigarette.
Itu dilakukan sebagai upaya untuk mengangkat merkuri dan logam berbahaya
lainnya dari dalam tubuh.
Asap rokok berbentuk partikel berukuran
nano mudah meresap dan meminimalkan radikal bebas, khususnya merkuri
dari dalam tubuh. Saraswati bersama sejumlah ahli seperti guru besar
biologi molekuler Universitas Brawijaya Malang Prof Dr Sutiman B
Sumitro, mengembangkan proses detoksifikasi yang dapat mengangkat racun
logam berbahaya seperti merkuri atau air raksa dari tubuh pasien.
Proses balur, sebagaimana disampaikan
Sutiman, dapat dimanfaatkan untuk mengobati kanker dan beberapa penyakit
lainnya. Pada prinsipnya, tubuh memiliki kemampuan melakukan self
regenerasi maupun self reparasi. Dengan cara inilah, homeostasis
kehidupan normal dapat berjalan.
Hal seperti ini menjadi macet atau tidak
terjadi pada orang sakit karena proses biologis yang ada tidak efisien,
khususnya dalam pengelolaan aliran energi. Hal itu ditandai oleh
banyaknya tumpukan radikal bebas. Dengan proses balur, pengaturan
homeostasis radikal bebas dapat dilakukan, dan pasien dapat lebih cepat
dan lebih mudah sembuh.
Sesudah enam bulan, kata Ala, hasilnya
menunjukkan bahwa kanker hatinya mulai mengecil. Hasil pemeriksaan itu
dibawa ke dokter onkolog. Dokter lalu menanyakan padanya mengenai
treatment yang sudah dilakukan. Ala bercerita panjang lebar tentang
balur, tapi tidak cerita bertumpu pada rokok kretek. “Dokter waktu itu
bilang, saya harus memperlihatkan hasil pemeriksaan itu kepada dokter
spesialis hati dan saya bilang bahwa mereka tidak mau tahu. Dokter
bilang, but this is science!” jelas Ala.
Menurut Ala, apa yang dilakukan pasti
akan ada pendapat hal itu aneh. Kalau ada orang yang punya pendapat
lain, Ala sangat menghormati. Yang pasti, sudah dua tahun lima bulan
berlalu sejak dibalur, Ala sungguh menikmati hidup. Ia setiap hari
bersyukur kepada Tuhan karena hidupnya kini lebih hidupSEMOGA BERMANFAAT
0 komentar:
Posting Komentar